ANAK CUCUMU AKAN MENUAI HASIL PERBUATANMU
Fatih terbangun di atas tempat tidurnya, terbangun oleh sengatan matahari
yang kian hari kian panas. Pagi hari itu serasa siang hari, “Uhuk – uhuk” fatih
batuk karena debu yang terbawa angin kering dari jendela kamarnya, jendela
kamar yang terletak tepat di samping kanan tempat tidurnya
Musim hujan telah berlalu, setelah
banjir melanda kota tempat tinggal fatih, kini kekeringan melanda kota
tersebut, tak lelah sedikitpun bencana terus melanda negeri ini.
Walapun pada saat itu tahun 2108 tetapi
kehidupan di dunia justru terasa mundur, ketergantungan akan minyak bumi di
tahun – tahun sebelumnya, telah membuat berbagai negara di dunia melakukan
berbagai penelitian mengenai energi yang ramah lingkungan, namun sayangnya
ketinggian dan keramahan teknologi itu hanya dapat dinikmati oleh kalangan kaya
dan miliarder, karena produk dari teknologi tersebut terlalu mahal.
Akibatnya, konsumsi minyak bumi yang
semakin meningkat tajam setiap tahunnya. Dan Global Warming tak dapat
terelakan, keegoisan generasi pada abad 21 telah dibalas oleh keganasan alam
bumi tercinta. Fatih Fatahillah seorang anak berumur 17 tahun merasakan
ganasnya alam pada saat itu. Ia pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, karena
krisis energi telah membuat dunia otomotif nyaris mati. Tak ada lagi angkutan
umum.
Tangisan bayi tetangga memekakan
telinga, bayi yang merasa panas terus menerus menangis, ibunya mengipasi anak
bayi itu dengan penuh kasih sayang. Tetapi tetap saja, tengan sang ibu yang
memegang kipas tak kuat lagi mengimbangi panasnya iklim kota tempat tinggal
Fatih.
Kenapa tidak menyalakan kipas listrik?
Sayangnya pembangkit listrik tenaga minyak bumi tak lagi memiliki bahan bakar,
pembangkit listrik tenaga angin dan tenaga air pun masih sedikit. Maka
pemadaman listrik tak terelakan.
Sejenak kita mundur ke waktu 1 abad
silam, ketika kampanye ketahanan iklim sedang digembar – gemborkan, ketika
pemborosan energi ratusan tahun telah terjadi, ketika pemborosan tersebut
sekaligus memberikan efek rumah kaca pada langit akibat gas pembuangan yang
mengapung di atmosfir memberikan efek rumah kaca terhadap daratan sejuta umat
manusia di dunia.
Sejenak Ryan Fatahillah, calon kakek
Fatih, peneliti perubahan iklim yang signifikan memikirkan berbagai macam
solusi, kendaraan ramah lingkungan, Sistem Industri ramah lingkungan, energi
alternatif, dan berbagai macam hal yang mengurangi penyebab Global Warming dan
perubahan iklim di dunia.
Janganlah menjadi manusia yang egois,
alam ini bukan hanya milik generasi kita, masih ada generasi – generasi
selanjutnya yang ingin merasakan kesejukan pepohonan, jangan ditebang
sembarangan, masih akan ada generasi yang ingin merasakan udara pagi yang sejuk
nan teduh, jangan cemari dengan asap kendaraan. Masih ada generasi yang ingin
merasakan keramahan hujan disaat musim panas, Masih ada generasi yang ingin
menikmati iklim yang stabil, bukan panas yang tinggi yang bergantian dengan
badai serta banjir yang melanda, akibat curah hujan yang menggila.
Semoga kita tidak cukup egois untuk
selalu menggunakan mobil pribadi yang tempat duduknya tersisa untuk 4 orang.
Semoga kita cukup rendah hati untuk menggunakan fasilitas transpotasi massal
yang telah disediakan pemerintah demi generasi selanjutnya, demi negeri ini di
masa depan, Indonesia Abad 22.
0 komentar:
Posting Komentar